Integrasi keilmuan [dalam konteks institusi islam yang bergerak pada dunia pendidikan tinggi]

Assalammualaikum warohmatullahi wabarokatuh.

bismillahirrahmaanirrahiim.

pembaca yang dirahmati allah, alhamdulillah ;>alfainvers kali ini akan mengangkat tema “integrasi keilmuan” yang tentunya tidak jauh-jauh dari kampus penulis di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. tepat 2-3 maret 2013/19-20 rabiul akhir 1434, akhir pekan kemarin UIN Syahid melaksanakan wisuda ke-89, beriringan dengan itu terbit pula Jurnal Wisuda yang bertemakan sangat menggit bagi penulis, yaitu “reintegrasi ilmu-usaha panjang bersama-”. kenapa menggigit?, karena selain tulisan-tulisan & wawancara para tokoh & birokrat kampus, di jurnal tersebut juga memuat wawancara pendapat seluruh perwakilan elemen civitas akademika UIN Syahid. yang sejalan dengan pendapat penulis selama ini.

secara garis besar pendapat seluruh perwakilan elemen civitas akademika UIN Syahid dan tulisan-tulisan yang di muat apik dalam jurnal wisuda kali ini saling seiring-sejalan mengonstruksi bangunan utuh integrasi keilmuan itu sendiri, tentunya pendapat tersebut tertuang sesuai dengan porsinya. garis besar yang dimaksud terdapat pada definisi “integrasi” yang lebih arif & bijak di gunakan daripada “islamisasi” dalam studi keilmuan pada konteks mikro dan makro. sebab kata “islamisasi” mengandung makna yang sangat berat, dilematis, dan mengerdilkan baik pada sisi ilmu maupun islam itu sendiri. sebab sebagai intelektual muslim sejati, janganlah terjebak dengan kata apalagi istilah. alih-alih ingin mengonstruksi suatu bangunan kokoh, malah justru mendestruksi bahkan menghancur-leburkan bangunan kokoh yang sudah lama dirintis dan dibangun oleh para pendahulu.

mohon maaf bila pendapat penulis ini agak kurang mengenakkan di telinga para pembaca yang budiman. karena bagi penulis kemurnian islam sebagai rahmatan lil ‘alamiin wajib di tegakkan, tapi dengan cara-cara yang benar, baik, arif, dan bijaksana; [watawashobil haq watawashobis shobr]. janganlah terjebak kata dan istilah. integrasi keilmuan mencoba mengembalikan kerangka berpikir ilmiah sesuai pada porsi & ranah yang di embannya untuk menuju ke satu tujuan yang utuh, dengan sarana yang berbeda-beda sebagaimana yang telah dirintis & dibangun oleh para pendahulu. takkan pernah lupa di benak kita pada kisah di utusnya seorang sahabat untuk mempelajari beberapa bahasa internasional yang di pakai kala itu hanya dalam waktu tidak lama, yang di niatkan oleh rasulullah saw untuk sarana dakwah islam kala itu. bila kita lompat jauh kepada era pertengahan masa keemasan islam pada hampir seluruh cabang ilmu, dunia islam tak henti-hentinya melahirkan para ilmuan berkaliber internasional kala itu, bahkan mereka adalah para peletak batu pertama pada cabang-cabang ilmu yang dirintis kala itu. meskipun sejarah tidak menutup perdebatan yang terjadi di antara mereka, namun itu adalah rahmat yang melahirkan kearifan ilmu di kemudian hari.

disini penulis beserta almamater penulis mengajak para pembaca yang di rahmati allah untuk bersama-sama menjadi insan yang robbani, yang mampu mengorientasikan segala aspek kehidupan untuk beribadah kepada Allah swt sesuia dengan teladan paripurna Rasululah saw. salah satunya adalah pada dunia keimuan, dalam islam tidak mengenal dikotomi ilmu dan egoisme islamisasi ilmu yang mengerdilkan islam itu sendiri, yang [kita]islam kenal dari dahulu ialah integrasi keilmuan yang arif & bijaksana. semangat watawashobil haq watawashobis shobr haruslah kita internalisasi dalam segala aspek nafas kehidupan kita, termasuk dalam hal menuntut ilmu.

walahuaalam…

wassalam…

Tinggalkan komentar